Kamis, 03 Maret 2011

NASONALISME

    Nasionalisme adalah sebuah paham cinta tanah air yang harus dipunyai oleh setiap Warga Negara di setiap Negara di belahan dunia manapun. Penting artinya untuk kemajuan bangsa itu sendiri, karena disetiap warganya lebih mementingkan kepentingan bangsa daripada kepentingannya pribadi maupun golongan. Nasionalisme dapat terbentuk dengan semangat kebersamaan penuh toleransi yang dijunjung tinggi.
    Nasionalisme juga tidak baik apabila berubah menjadi chauvinisme maupun ultra Nasionalis ( Nasioalisme sempit ) yang menganggap bangsanya adalah bangsa terbaik daripada bangsa-bangsa yang lain di dunia.Sejarah telah membuktikan bahwa pemimpin-pemimpin yang menganut paham Nasionalisme sempit akan runtuh dengan sendirinya. Radikalisme juga akibat dari pemahaman Nasionalisme sempit. Perang dunia merupakan bentuk Radikalisme manusia yang tidak mengindahkan perbedaan dan merendahkan bangsa lain dengan bentuk penjajahan.Vini, Vidi, Vici merupakan platform yang masih dipakai manusia sampai sekarang yang digunakan untuk semangat hidup, tetapi tidak untuk mendzolimi orang lain dalam bentuk kekerasan ataupun penjajahan.
   Nasionalisme era sekarang terutama bagi bangsa Indonesia merupakan pemahaman yang sangat langka di tengah krisis Moral, Kepercayaan, Kepemimpinan. Bagai Air di tengah padang pasir yang menjadi FATAMORGANA atau ketidak mungkinan di tengah masyarakat yang dibilang "MODERN". Kepentingan Pribadi atau Golongan lebih diutamakan daripada kepentingan UMUM, rasa Toleransi telah pupus, Gotong-Royong yang merupakan Budaya Asli Indonesia telah pudar. Kita sangat prihatin dan malu kepada Bapak Pendiri Bangsa yang dengan Jiwa dan Raga merebut Kemerdekaan dan mempertahankannya dari Penjajah. Nasionalisme Pendahulu kita yang berkobar-kobar sekarang telah hampir mati karena telah disiram dengan air Individualisme. 
   Venomena krisis Nasionalisme ini dapat diredam dengan suritauladan dari Pemimpin Bangsa, akan tetapi Pemimpin sekarang ini juga krisis keteladanan. Mereka sibuk menumpuk harta, mempertahankan jabatan, lebih parah lagi koleksi istri. Ini menjadi koreksi bagi kita semua dan sikap kehati-hatian kita untuk memilih pemimpin masa depan dengan bijak dan menolak calon pemimpin yang tidak pantas. Tetapi kita jangan pesimis masih ada hari esok. Keturunan kita bisa kita didik dengan jiwa Nasionalisme dengan harapan Sekarang lebih baik dari hari kemarin dan besok lebih baik dari sekarang. Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang kita rubah diri kita dari individualisme menjadi Nasionalisme.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar